ANGSA
Di Indonesia, angsa
dipelihara dalam jumlah kecil di berbagai tempat. Karena tidak ada statistik populasi yang
tepat untuk Indonesia, maka sulit
menaksir persentase angsa terhadappopulasi unggas. Hal tersebut berarti bahwa sejauh ini, upaya peningkatan
galur angsa dalam hubungannya terhadap kemampuan genetik adalah sedikit sekali.
Angsa mempunyai pertumbuhan
yang sangat cepat di antara semua unggas, dan yang paling efisien dalam
konversi bahan makanan, teristimewa pada waktu umur 8-10 minggu pertama. Angsa juga hampir bebas penyakit dan
merupakan hewan pencari makanan ulung di kebun.
Meskipun demikian, angsa merupakan unggas penghasil daging yang tidak
populer. Kedudukan angsa yang masih
sangat rendah dipandang dari sudut ekonomi, dipantulkan dalam masih sangat
sedikitnya data penelitian terhadap kebutuhan makanan dan zat-zat nutrisi yang
diperlukan.
Meskipun angsa tergolong
hewan yang pertumbuhannya cepat dan paling efisien dalam konversi ransum,
praktis bebas penyakit dan baik sekali sebagai unggas pemakan tumbuh-tumbuhan,
akan tetapi perkembangbiakannya lambat.
Produksi telurnya relatif sedikit, yaitu 30 – 50 butir per tahun,
tergantung dari jenisnya (Nowland, 1984).
Anak angsa tidak memerlukan
ransum sampai umur 36-48 jam setelah menetas.
Hijauan rumput merupakan sebagian terbesar makanannya dan hanya sejumlah
kecil butir-butiran diperlukan. Air
minum yang segar dan bersih perlu disediakan.
Pada umur dua atau tiga minggu, apabila anak bangsa memperoleh cukup
rumput muda, umumnya tidak diperlukan lagi makanan lainnya. Anak angsa dapat pula dipelihara dalam
kandang, apabila diber ransum seimbang.
Angsa muda mempunyai laju
pertumbuhan sangat cepat sampai umur sekitar delapan minggu. Pada umur enam minggu bobot badan angsa
mencapai sekitar 3 kg dan mengkonsumsi ransum kurang lebih 2 kg/kg berat badan
(Patrick dan Schaible, 1980). Setelah
pertumbuhan cepat tersebut berlangsung, tercapailah suatu periode stabil. Mulai pada umur kurang lebih 20 minggu, angsa
memperlihatkan lagi pertumbuhan cepat.
Pertambahan bobot badan dengan cara pemeliharaan di padang rumput akan
lebih lambat bila dibandingkan dengan yang diberi ransum seimbang.
Angsa tidak mempunyai
tembolok untuk menyimpan makanannya, yang dimiliki hanyalah pelebaran pada
ujung kerongkongan proksimal terhadap empedal yang berfungsi sebagai alat
penyimpanan makanan sementara.
Angsa lebih suka mematuk
sendiri makanan hijauannya dan dapat menolak rumput yang dipotong kecuali
rumput tersebut segar dan dicincang sangat halus. Hewan tersebut dapat memilih apa yang disukai
di padang rumput dan cenderung dapat memilih rumput yang lebih enak dan yang
lebih banyak kandungan airnya. Menurut
Cowan (1980), dinding sel rerumputan dan tumbuh-tumbuhan dipecah di dalam
empedalnya sehingga kandungan selnya dapat dicerna.
Anak angsa perlu diberi
ransum pemula berkadar protein 20-22% dalam bentuk pellet berukuran 3/32 atau
3/36 inci (2,3 atau 4,6 mm) untuk tiga minggu pertama. Setelah tiga minggu perlu diberi ransum
pertumbuhan berkadar protein 15% dalam bentuk pellet berukuran 4,6 mm. Apabila banyak terdapat padang rumput dan
berkualitas baik, jumlah pellet dapat dibatasi sampai kurang lebih 0,5-1
kg/ekor/minggu sampai angsa-angsa tersebut berumur 12 minggu.
Tabel
1. Ransum yang disarankan untuk anak angsa dan angsa bibit.
Bahan
Makanan
|
Anak Angsa
|
Angsa Bibit
|
||
Pemula
|
Akhir
|
Ransum 1
|
Ransum 2
|
|
|
%
|
%
|
%
|
%
|
Jagung
|
34,75
|
40,75
|
30,75
|
57,75
|
Sorgum
|
20,00
|
30,00
|
20,00
|
22,00
|
Bekatul
|
10,00
|
6,00
|
12,00
|
-
|
Pollard
|
8,00
|
6,00
|
12,00
|
-
|
Bungkil kelapa
|
-
|
-
|
8,00
|
-
|
Tepung daging
|
18,00
|
12,00
|
10,00
|
13,00
|
Tepung daun
|
5,00
|
3,00
|
5,00
|
5,00
|
Tepung ikan
|
4,00
|
2,00
|
-
|
-
|
Kalsium karbonat
|
-
|
-
|
2,00
|
2,00
|
Garam
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
Sumber : Nowland, (1984)
Butir-butiran dapat diberikan
tersendiri atau dengan ransum yang perbandingan antara mash dan butir-butiran
adalah 50 : 50 (Summers dan Pepper, 1968).
Pada umur tiga minggu dianjurkan agar perbandingan mash terhadap
butir-butir adalah 60 : 40. Perbandingn
tersebut secara bertahap perlu diubah periode pertumbuhan sampai pada saat akan
dipasarkan sehingga menjadi 40 : 60.
Tergantung dari kualitas padang rumput, perbandingan tersebut perlu
diatur naik atau turun sedikit. Perlu
diperhatikan adalah bahwa campuran antara mash dan butir-butir kandungan
proteinnya 15% seperti halnya ransum “all-mash” untuk pertumbuhan maksimum.
Tabel
2. Kebutuhan Zat Nutrisi Angsa
(%/mm/unit per kg ransum)
Berdasarkan
Energi kkal
EM/kg
ransum
|
|
Pemula
(0-6
minggu)
2.900
|
Pertumbuhan
(setelah
6 minggu)
2.900
|
Bibit
|
Protein
Lisin
Methionin + Sistin
Kalsium
Fosfor
Vitamin A
Vitamin D
Riboflavin
Asam Pantotenat
Niasin
|
%
%
%
%
%
IU
ICU
mg
mg
mg
|
22,0
0,9
0,75
0,8
0,4
1500
200
4,0
15,0
55,0
|
15,0
0,6
-
0,6
0,3
1500
200
2,5
-
35,0
|
15,0
0,6
-
2,25
0,3
4000
200
4,0
-
20,0
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar