Latar Belakang
Potensi
batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di seluruh
kepulauan Indonesia, seperti di Padalarang (Jawa Barat), Kalimantan Tengah
(Kota Waringin Barat, Barito Utara, Murung Raya), Palimanan (Kab. Cirebon,
Jabar) dan daerah lainnya. Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam
jenisnya, antara lain : kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3),
siderit (FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang berkomposisi
kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur kristalnya.
Batu
kapur banyak digunakan oleh berbagai industri untuk keperluan tertentu. Untuk
pemakaian di industri kimia, batu kapur perlu diproses terlebih dahulu dengan
proses pembakaran hingga menjadi kapur tohor (CaO) atau kapur padam [Ca(OH)2].
Selain itu batu kapur dapat juga dimanfaatkan untuk dibuat sebagai bahan baku
nutrisi pakan ternak yang dikenal dengan sebutan kalsium hidrofosfat (CaHPO4).
Kalsium hidrofosfat merupakan senyawa anhidrat dan dihidrat yang dapat
digunakan dalam berbagai industri, khususnya industri pakan ternak.
Kalsium
dan fosfor apabila dicampurkan pada kondisi tertentu akan mengalami proses sintesis
sehingga membentuk Ca-Hidrofosfat yang dapat digunakan sebagai bahan baku
nutrisi pakan ternak. Hingga saat ini di Indonesia belum ada industri yang
membuat Ca-Hidrofosfat sehingga masih diimpor.
Tujuan Penelitian
Maksud
dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mempelajari parameter-parameter yang
mempengaruhi proses sintesis Ca-Hidrofosfat pada skala laboratorium dengan
tujuan untuk menguasai teknologi proses sintesis Ca-Hidrofosfat hingga dapat
diaplikasikan pada skala yang lebih besar. Pada penelitian ini dikaji jenis dan
kualitas bahan asal seperti batu gamping, kapur tohor, dan kapur padam untuk
mencari kondisi proses yang optimal sehingga kandungan Ca dan P dalam
Ca-Hidrofosfat yang terbentuk dapat memenuhi standar SNI. Selain itu juga dikaji
beberapa parameter pengaruh lamanya (waktu) reaksi dan suhu reaksi antara bahan
kapur dengan asam fosfat.
Metodologi Penelitian
Percobaan
pembuatan kalsium hidrofosfat dilakukan dengan memvariasikan kondisi suhu dan
waktu reaksi yang mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
- Langkah pertama adalah
penambahan air (hidratasi atau pemadaman) pada kapur tohor sampai menjadi
bubur kapur atau slurry, dengan perbandingan sekitar 1 : 3. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
CaO(s) + H2O(l) --> Ca(OH)2(l) + Energi
Hal ini dilakukan agar contoh kapur tohor tersebut menjadi homogen dan mudah bereaksi apabila ditambah asam fosfat. - Langkah kedua adalah penambahan
H3PO4 secara stoikiometri, dengan perbandingan Ca(OH)2 dengan H3PO4 = 1 :
1,32 dengan reaksi kimia sebagai berikut:
Ca(OH)2(l) + H3PO4(l) --> CaHPO4(s) + 2H2O(l) - Langkah ketiga adalah proses
penyaringan, untuk memisahkan cairan dari padatannya (produk CaHPO4
berbentuk padatan).
- Langkah keempat adalah
pengeringan padatan untuk mendapatkan CaHPO4 kering dan dilakukan sampling
untuk pengujian kualitasnya.
Hasil Penelitian
Dari
data hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
- Kapur tohor akan terbentuk
secara sempurna apabila pembakaran kalsit dilakukan pada suhu kalsinasi
1000 oC dan waktu kalsinasi 2 jam.
- Bahan kapur dengan kandungan
CaO sebesar 55,57% (batu kapur) telah memenuhi syarat mutu berdasarkan
standar SNI untuk bahan baku pembuatan kalsium hidrofosfat.
- Hasil ujicoba kinerja peralatan
proses pembuatan kalsium hidrofosfat menunjukkan bahwa untuk setiap tabung
reaktor, umpan masuk sebanyak 1,0 kg kapur tohor, 2,5 liter air dan 1,32
kilogram asam fosfat. Peralatan tersebut menghasilkan produk kalsium
hidrofosfat sebanyak 2,0 kilogram per tabungnya untuk sekali proses semi
kontinyu.
- Pada penelitian pembuatan
senyawa Kalsium Hidrofosfat (CaHPO4) ini dilakukan pada perbandingan CaO :
H3PO4 sebesar 1 : 1,32 (stoikiometri), telah menghasilkan kadar Ca dan P
terbaik(optimal) pada waktu reaksi 10 menit dan pada suhu 40 oC dengan
hasil XRD nya berupa mineral monetit.
- Hasil analisis kimia terhadap
contoh produk kalsium hidrofosfat pada kondisi optimum menunjukkan bahwa
kandungan CaO: 35,60 % (Ca:25,43%) dan P2O5: 49,30 % (P: 21,52%).
Kandungan ini telah memenuhi syarat mutu sebagai bahan baku nutrisi pakan
ternak berdasarkan standar SNI.
Sumber : Trisna Soenara, dkk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar