Jumat, 16 Desember 2011

Penggunaan Derivat Asam Pantotenat

Dewasa ini, industri peternakan yang berkembang cepat temyata menghasilkan berbagai kelainan metabohsme lemak, termasuk di dalamnya fatty liver dan akumulasi lemak yang berlebihan di bagian abdomen dan bagian lainnya. Sebagai contoh,fatty liver tidak hanya menurunkan produksi telur dan menurunkan nilai komoditas broiler sebagai bahan pangan, tetapi juga mengganggu efisiensi pertumbuhan dan metabolisme normal pada ternak yang me­nyebabkan kerugian ekonomi cukup besar. Pantethine sebagal derivat asam pantotenat mempunyai prospek yang cukup baik untuk mencegah kelainan tersebut di atas.
            Pantelhine, Dbls (pant thenyl-βaminoethyl) disulfide addimer dan Pantethine yang merupakan derivat asam pantotenat dan cysteamine, dan membentuk sebagian dani struktur Coenzyme A. Pante­thine telah lama dikenal mempunyai sifat hipolilidemik.. Pantethine dalam tubuh akan diubah menjadi pantethine dengan terminal grup –SH dimana pantethine merupakan intermediat dalam sintesis CoA darl vitamin asam pantotenat. Oleh karena itu wajarlah jika pemberian pantethine akan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lipida dan asam amino.
Meningkatkan produksi telur dan berat badan
Thompson et al. (1954) menemukan bahwa pemberian pantethine ke dalam ransum ayam menghasilkan pertambahan berat badan yang lebih baik daripada yang diberi cakium pantotbenate, dan peningkatan berat badan akan lebih tinggi lagi pada level pemberian yang lebih tinggi. Mori et al. (1986) menemukan bahwa pembenian 200 ppm pantetbine kepada broiler yang dipelihara pada suhu 25oC temyata tidak memberikan pengaruh terhadap PBB dan FCR. Akan tetapi jika broiler dipelihara pada suhu 31oC pemberian pantethine akan me­ningkatkan efisiensi pakan dan berat daging. Pada ayam petelur, Hsu et al. (1987) yang dipelihara pada suhu 25oC pemberian pantetbine tidak memberikan pengaruh terhadap produksi telur. Akan tetapi penurunan produksi telur karena suhu yang tinggi (31oC) dapat dihambat oleh pantethine, sementara berat telumya cendetung meningkat (Hsu et al., 1988). Hasil menunjukkan bahwa pantetbine da­pat digunakan untuk memaksimalkan potensi genetik ayam dengan cara meningkatkan keseimbangan hormon ketika ayam dipelihara pada suhu tinggi (Tanaka, 1992)
Menurunkan sintesis asam lemak pada ayam
Sisi utama dari sintesis asam lemak pada ayam adalah hati dan fungsi lain yang berkaitan dengan metabolisme, seperti esterifikasi asam lemak, penylmpanan lipid, sintesis lipoprotein dan keluamya lipid ke aliran darah semuanya ada di hati. Oleh karena itu, abnormalitas metabolisme lipid pada ayam secara umum terjadi pada hati seperti misalnya fatty liver. Salah satu tipe fatty  liver pada ayam adalah fatty liver hemorrhagic syndrome (FLHS). Kelainan ini terutama terjadi pada ayam petelur serta menimbulkan mortalitas yang cukup tinggi karena terjadinya pembengkakan hati, akumulasi lemak yang berlebihan serta luka pada hati. FLHS ini dapat menurunkan produksi telur secara drastis. Sebab utama FLHS ini diduga karena naiknya konsentrasi estrogen darah, dimana sekresi estrogen yang berlebihan pada ayam petelur akan merangsang sintesis asam lemak di hati (Tanaka et al., 1986; HaghighiRad & Polin, 1981). Hsu et al. (1987) menemukan bahwa ketika ayam petelur diberi pakan yang mengandung jagung sebagai sumber karbohidrat, konsentrasi estradiol dalam plasma lebih tinggi dengan sintesis asam lemak dan kadar lipid di hati yang lebih tinggi daripada yang diberi pakan mengandung barley. Ketika 200 ppm pantethine ditambahkan, tidak ada perubahan pada ayam yang diberi barley. Namun konsentrasi estradiol dalam plasma dan sintesis asam. lemak dan kadar lipid hati menurun pada ayam petelur yang diberi ja­gung.

Hasil ini menunjukkan bahwa ketika ayam dipelihara pada kondisi yang mengakibatkan tingginya konsentrasi estradiol dan lipid hati, pantelhine tampaknya mampu menurunkan ke tingkat yang normal. Ketika ayam petelur dipelihara pada suhu tinggi (31oC)  penambahan pantethine menghasilkan konsentrasi thyroxine plasma yang lebih tinggi (Hsu et al., 1987) Fatty liver pada ayam sering terjadi pada musim panas yang disebabkan oleh hypothyroidism sebagai akibat tingginya suhu kritis. Oleh karena itu pantetbine dapat menghambat hypothyroidism dan mampu menurunkan akumulasi lipid di hati, maka tampaknya pembenian pantethine ke dalam ransum ayam dapat mencegah  fatty liver terutama pada musim panas atau pada suhu ling­kungan tinggi seperti  di daerah tropis.
Menurunkan sintesis kolesterol pada ayam
       Konsumsi makanan yang mengandung kadar kolesterol dan asam lemak jenuh dalam waktu lama dapat menimbulkan hypercholesterolemia atau hyperlipidemia. Disinyalir hal ini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit penyempitan pembuluh darah arteri, seperti aorta dan arteri jantung, yang menvebabkan ischemic heart disease (angina pectoris myocardinal infraction). Oleh karena itu usaha untuk menurunkan kadar lemak pada produk ternak akhirakhir ini menjadi populer. Hsu et al. (1988) menemukan bahwa pemberian 200 ppm pantethine pada ayam petelur menurunkan aktivis enzim yang berkaitan dengan sintesis asam lemak dan aktivitas 3hydroxy3­methylglutarylCoA reductase, suatu. enzim yang sangat berperan pada sintesis kolesterol. Selain itu juga menurunkan total kolesterol dalam hati dan plasma serta menurunkan kadar kolesterol telur. Tanaka et al. (1989) menemukan bahwa pemberian pantetbine juga menurunkan LDLc pada plasma dan kolesterol hati serta kolesterol ester, kolesterol bebas dan fosfolipid dalam serum pada ayam bertumbuh (growing chicks). Selanjutnya dinyatakan bahwa pemberian pantethine pada ransum yang ditambahkan kolesterol juga menurunkan kadar lemak hati dan serum serta LDLc dalam serum.

Pengaruhnya pada ruminansia
       Kegemukan, fatty  necrosis dan fafty fiver pada sapi semakin sening terjadi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pergerakan dan konsumsi energi yang berlebihan yang berasal dari konsentrat. Pada saat terjadi fatty liver, gluconeogenesis di hati terganggu yang menimbulkan ketosis. Tanaka et al. (1992) memberikan etbionine pada sapi untuk menimbulkan fatty liver. Pemberian ethionine menurunkan secara drastis aktivitas fructose1, 6biphospatase dan phosphoenolpyruvate carboxykinase dan hepatic gluconeogenic enzyme. Penurunan gluconeogenic pathway ini akan kembali normal jika pantethine diberikan melalui jugular vein satu kali selama 4 hari pada kambing lokal Jepang.
Pengaruhnya terhadap sistem metabolisme obat
Yoshikawa et al. (1982) menemukan bahwa pantethine menurunkan luka yang disebabkan oleh carbon tetrachloride pada tikus. Juga dilaporkan bahwa  pantethine memperbaiki dermatopathy yang dikembangkan oleh lipid peroxide in vivo  (Kimura et al., 1982; Hayakawa dan Ueda 1972) dan menurunkan cardiotoxicity, yang di­akibatkan oleh pemberian adriamycin (Boo et al., 1982). Kenyataan ini menunjukkin bahwa metabolit pantetine mungkin berperan sebagai salah satu “scavenger” terhadap lipid peroxidation in vivo yang terutama terjadi pada biomembrane.
       Karena enzim dari sistem metabolisme obat juga terdapat pada biomembrane terutama dalam transfer elektron dari mikrosom hati, tampaknya sistem ini dipengaruhi oleh lipid peroxide yang dihasilkan in vivo oleh metabolisme xenobiotic yang dimasukkan dan “scavenger” endogen terhadap lipid peroxide.  Jika, ditinjau dari sudut nutrisi, ada beberapa laporan (Saito et al., 1982; Saito et al., 1983a, b; Kato et al., 1980; Kato et al., 1981; Kobayashi dan Yoshida, 1981) tentang pengaruh xenobiotic (terutama polychlorinated biphenyl dan scavenger” terhadap perubahan sistem metabolisme obat dan pembentukan lipid peroxide in vivo. Penelitian tentang pengaruh autooxidized fatty acid termasuk peroxide terhadap aktivitas metabolisme obat dalam mikrosoma tikus sangat sedikit. Mengingat lipid perbxide terjadi dalam makanan dan diakumulasikan (Kanazawa et al., 1985; Oarada et aL, 1986) terutama di hati setelah dikonsumsi maka sangat penting untuk mengetahui pengaruh autooxidized fatty acid terhadap sistem metabolisme obat. Pemberian autoxidized linoleate (AL) pada dosis rendah meningkatkan kadar cytochrome P450 dan aktivitas sistem metabohsme obat, sementara pada dosis tinggi akan menurunkannya (Hiramatsu et al., 1987), walaupun kadar dan aktivitasnya menurun dengan perpanjangan waktu pemberian bahkan pada dosis rendah sekalipun (Hiramatsu et al., 1988). Pemberian pantethine membebaskan pengaruh AL terhadap sistem metabolisme obat di hati tikus (Hiramatsu et al., 1989). Peneliti ini menemukan bahwa aktivitas metabolisme obat, yang dalam hal ini nonAL dan AL dosis rendah, menunjukkan bahwa aktivitasnya lebih tinggi pada grup yang kekurangan pantethine daripada yang cukup dan berlebih. Dapat disimpulkan bahwa pada grup yang rendah pantethine, sistem metabolisme obat dirangsang untuk mendekomposisi lipid peroxide sebagal hasil dari sistem redoks in vivo. Tampaknya, pantethine mencegah induksi sistem metabofisme obat karena pantelhine mempunyai sifat antioksidan yang menurunkan peroxidation lipid in vivo. Hiramatsu et al (1991) melaporkan bahwa pemberian pantethine yang cukup menurunkan lipid peroxidation in vivo dan menjaga metabolisme lipid yang normal walaupun pada kondisi pemasukan AL yang tinggi.
            Hirako (1994) menemukan bah pemberian pantethine ke dalam ransum menurunkan kadar lemak abdomen pada ayam bertumbuh yang diimplantasikan dengan estradiol (3,7 µg/hari, namun kadar tersebut masih jauh dari yang tanpa estradiol. Pemberian pantelhine pada ayam yang diimplantasi estradiol ini juga mampu menaikkan berat badan, sedang pada ayam tanpa estradiol pante­thine tidak berpengaruh terhadap berat badan maupun lemak abdomen. Selanjutnya dinyatakan bahwa pemberian pantelhine pada ayam tersebut menaikkan aktivitas aminopyrine Ndemethylase, kadar cytochrome P450 dan kadar cytochrome b5. Namun  pantethine tampaknya tidak mampu menurunkan komposisi lemak hati dan darah yang dirangsang oleh estradiol.     Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian pantethine ke dalam ransum ternak dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk ternak. (Pernah dimuat dalam Poultry Indonesia Juli 1999).
Sumber : Santosoburgo@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar